Jumat, 04 November 2011

Hakikat Kehidupan

Tsunami melanda. Aceh berserakan. Lelaki itu bereskan barang-barang di antara pepuingan. Hari itu hari Jumat. Adzan kan memanggil dari surau-surau. Ditegurlah ia oleh seorang lewat. Ajak tunaikan wajib dari Sang Dzat. Tapi yang terlontar justru keluhan. Pertanyaan. Apa salahnya pada Tuhan? Kenapa Dia harus ambil hartanya. Ambil keluarganya. Ah, Teman... seperti itulah dirimu bila tak paham tabiat kehidupan. Bahwa hidup adalah musibah di satu bagian, bahagia di satu bagian. Kau tak dapatkan derita semua. Senyum semua. Tak ada yang mengatakan ini surga. Karenanya, kau harus cerdas membaca realita: apa pun dapat terjadi. Mari belajar menahan diri. Sebab sabar itu pada benturan al-uula. Tidaklah disebut sabar bila seseorang merespon emosi di detik-detik pertama. Tahan lidahmu. Tahan hatimu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Baik di dunia, baik di hari wajahNya ditampakkan ke segenap penduduk surga. Bersabarlah, belajarlah. Demi Allahmu. Demi sezarrah cintamu padaNya
 
Asa Mulchias
(Tulisan ini saya copy dari tulisan kang Asa Mulchias di facebook)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar